DLH Sosialisasikan Sisi Ekonomis Sampah
Balikpapan – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan terus menggencarkan edukasi pengelolaan sampah modern. Hal itu sebagai upaya menanamkan kesadaran lingkungan sejak dini. Mengingat kota ini terus berupaya menekan volume sampah yang terus meningkat. Karena berpotensi membuat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar semakin penuh.
Kepala DLH Kota Balikpapan, Sudirman Djayaleksana, menyebut pihaknya mempersiapkan berbagai program sosialisasi yang menyasar pelajar, pelaku UMKM, serta masyarakat umum. Harapannya tentu membentuk budaya baru dalam memandang sampah sebagai aset ekonomi dan bukan sekadar limbah.
“Kami ingin membentuk pola pikir baru di masyarakat. Sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi bagian dari gaya hidup berkelanjutan yang harus dimulai dari rumah, sekolah, dan tempat usaha,” ujarnya, Senin (14/04).
Saat ini, lanjut Sudirman, DLH Balikpapan aktif menggelar pelatihan daur ulang, lomba pemilahan sampah, dan program edukatif di sekolah-sekolah. Melalui pendekatan yang menyenangkan dan partisipatif, DLH mengajak anak-anak memahami pentingnya memilah sampah organik dan anorganik, serta mendaur ulang sampah yang masih bernilai guna.
“Kami percaya anak-anak merupakan agen perubahan. Kalau sejak kecil mereka terbiasa memilah sampah dan menghargai lingkungan, maka dalam jangka panjang kita akan melihat perubahan nyata dalam pola konsumsi dan pengelolaan limbah,” jelasnya.
Di sisi lain, menurut Sudirman, DLH juga mendorong partisipasi ekonomi warga melalui pengolahan sampah. Ia menyebut banyak pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang bisa tumbuh dari bisnis berbasis daur ulang dan pengolahan sampah organik. Seperti pupuk kompos, ecobrick, hingga kerajinan tangan dari limbah plastik.
“Jika semua pihak terlibat, kita bisa mengubah masalah sampah menjadi peluang ekonomi. Sudah banyak contoh sukses warga yang menghasilkan produk bernilai dari bahan yang sebelumnya dibuang begitu saja,” tuturnya lagi.
DLH Balikpapan, tambah Sudirman, menargetkan peningkatan signifikan dalam jumlah warga yang aktif memilah dan mendaur ulang sampah pada tahun ini. Mereka mengandalkan kampanye berkelanjutan dan kolaborasi dengan sekolah, komunitas lingkungan, serta pelaku usaha.
“Kesadaran tidak lahir dari aturan, tapi dari kebiasaan. Tugas kami sebagai pemerintah adalah memfasilitasi perubahan kebiasaan itu dengan pendekatan yang humanis, edukatif dan aplikatif,” tambahnya. (man)