DLH Terkendala Lahan Jemur Kompos

Balikpapan – Upaya Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan dalam memaksimalkan pengurangan volume sampah masih mengalami kendala. Meski sudah memiliki fasilitas pengolahan sampah organik “Intermediate Treatment Facility” (ITF). Namun, DLH menghadapi kendala krusial berupa keterbatasan lahan penjemuran kompos yang berdampak pada kapasitas produksi kompos secara keseluruhan.

Kepala DLH Kota Balikpapan, Sudirman Djayaleksana, menyampaikan keterbatasan lahan menjadi hambatan utama dalam proses produksi kompos. Terutama dalam pengolahan sampah organik yang berasal dari pasar dan kawasan pemukiman. “Lahan penjemuran yang minim menyebabkan jumlah kompos yang bisa kami hasilkan juga terbatas,” ujarnya, Selasa (13/05).

Meskipun menghadapi keterbatasan tersebut, Sudirman menyebut pengelolaan sampah di ITF tetap berjalan sebagai bagian dari upaya pengurangan sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar. Pihak DLH menilai pengolahan melalui ITF memberi manfaat besar dalam mengurangi volume sampah sekaligus mendukung konsep kota hijau.

“Kami tetap komitmen mengelola sampah dengan maksimal karena ini merupakan langkah penting dalam mendukung program Kota Balikpapan sebagai kota ramah lingkungan dan berkelanjutan,” lanjutnya.

Menurut Sudirman, DLH Balikpapan memproses sampah organik menjadi kompos dengan melalui tahap pemilahan dan pengeringan. Namun, area penjemuran yang sempit membuat proses pengeringan berlangsung lebih lama dan membatasi jumlah kompos yang bisa diproduksi dalam satu waktu.

“Kami berharap ke depan bisa menambah area penjemuran agar produksi kompos bisa meningkat. Potensi bahan bakunya sangat besar, terutama dari pasar-pasar tradisional,” lanjutnya.

Saat ini, lanjut Sudirman, DLH memprioritaskan penggunaan kompos untuk menunjang kegiatan pertamanan kota serta membagikannya kepada masyarakat secara gratis untuk kebutuhan pertanian skala kecil atau kegiatan penghijauan di lingkungan sekitar.

“Kami ingin hasil dari pengolahan sampah ini kembali ke masyarakat. Kompos bisa jadi media tanam yang berguna untuk warga, dan ini sekaligus bentuk kampanye lingkungan,” tuturnya lagi.

DLH, tambah Sudirman, juga terus mengedukasi masyarakat agar memilah sampah organik dan anorganik sejak dari rumah. Dirinya menilai kualitas kompos sangat bergantung pada bahan baku yang masuk ke ITF. Sehingga pemilahan dari sumber menjadi faktor penting. “Jika sampah organik datang dalam kondisi bersih dari kontaminasi bahan anorganik, proses pengolahan akan lebih cepat dan hasilnya lebih baik,” tambahnya. (man)